Minggu, 15 Juni 2008

Menembus Al-‘Arsy dengan Doa

Mana ada minggu tenang, yang ada minggu tegang, “ ujar seorang mahasiswa saat ditanya apa yang biasa dilakukan pada minggu tenang sebelum ujian. Ya, ujian akhir yang harus dihadapi tiap semesternya terkadang memunculkan debar rasa tersendiri bagi mahasiswa. Karenanya, beberapa mencoba untuk mempersiapkan diri dengan maksimal agar bisa sukses menjalani ujian dan mendapat nilai yang diharapkan. Mulai dari mengumpulkan hand out, sampai belajar bersama membahas materi yang pernah diberi. Nah, teman, sudahkah kita berusaha maksimal? Jika sudah, masih ada satu hal yang perlu dilakukan. Sebuah amunisi terpenting agar sukses dalam ujian yang sedang kita hadapi. Amunisi itu adalah doa. Ya, kekuatan doa dapat mengetuk pintu arasyi, dan Allah akan menjawabnya bagi kita yang meminta.

Doa dapat Memperkaya Jiwa dan Raga

JIka dihitung dengan seksama, mungkin sudah lebih dari lima ribu hari kita hidup di dunia ini. Dari hari-hari yang telah dilewati, tentunya berjuta rasa telah kita alami. Kadang hidup begitu cerah ceria dan membuat kita tersenyum bahagia. Namun tak jarang problematika singgah dalam jalan hidup yang penuh liku ini. Rasa kecewa, sedih, cemas, susah, dan gundah tentunya pernah hinggap di jiwa kita. Saat semua perasaan itu muncul, tiada yang dapat mengobatinya kecuali dengan berdoa, bersimpuh, dan memohon kepada Allah SWT.

Doa merupakan pengungkapan apa yang dirasakan di dalam diri, dicurahkan kepada-Nya, penuh dengan keyakinan dan ketulusan. Doa yang baik tentu disertai pikiran positif, prasangka baik dan juga ikhtiar. Doa yang didasari niat yang tulus dan jiwa yang suci, tersalur ke pikiran dan akan mempengaruhi kehidupan di berbagai dimensi. Pada hakikatnya doa merupakan panggilan jiwa dari masing-masing individu untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Dengan berdoa kita mengakui bahwa kita hanyalah seorang hamba yang penuh dengan kesalahan, kekhilafan dan kelemahan, dan masih membutuhkan tempat bergantung, bersandar, serta tempat kembali saat kita dihadapkan pada kebimbangan.

Secara psikologis, doa dapat mendatangkan ketentraman jiwa. Setiap orang membutuhkan tempat curahan emosi untuk mengungkapkan apa yang dirasakan didalam dirinya. Saat di dalam diri terjadi pergolakan, pikiran akan terbebani, dan dapat menyebabkan stress. Hal ini akan berpengaruh pada otak. Di dalam otak terdapat bagian yang mengatur emosi manusia. JIka kondisi emosi kacau, tabrakan-tabrakan pikiran antara yang satu dengan yang lain sangat rentan terjadi. Selain itu, tekanan pada otak dapat menyebabkan otak menjadi aktif berlebihan, yang lama-kelamaan dapat tidak terkendali sehingga timbul hal-hal negatif yang diperbuat. Sementara jika jiwa dan pikiran kita tenang, tentunya ketenangan emosi akan tercipta. Tinggi rendahnya emosi seseorang dapat mempengaruhi kondisi fisiknya. Didalam otak terdapat bagian yang mengatur emosi dan proses-proses bio-ritme didalam tubuh. Nah, proses bio-ritme ini akan mengatur fungsi pada proses-proses metabolisme yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan tubuh. Dari sini, dapat kita lihat sebuah keterkaitan antara doa dengan kondisi jiwa, pikiran, dan raga. Doa dapat menjadi obat “anti stress” bagi kita, melindungi kita dari berbagai penyakit, serta memberi sugesti yang positif bagi pikiran kita.


Kekuatan Doa

''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Al-Baqarah: 186).

Dari ayat tadi, sudah sepantasnya kita kembali menanamkan bahwa Allah itu dekat. Dia selalu ada bagi hamba-Nya yang beriman. Selangkah kita mendekat, beribu langkah Ia akan menghampiri kita. Maka, jangan pernah segan untuk berdoa. Lihat saja bagaimana kekuatan doa dapat membuat seorang Umar bun Khatab yang terkenal amat temperamental masuk Islam. Kala itu, seperti yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasul pernah memanjatkan sebuah doa kepada Sang Maha Kuasa yang berbunyi “ Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, dengan Umar bin Khatab atau dengan Abu Jahal bin Hisyam.” Ternyata orang yang paling dicintai Allah adalah Umar bin Khatab Radiyallahu anhu. Dalam Surat Maryam juga dikisahkan bagaimana doa Nabi Zakaria yang tak putus-putus membuatnya mendapatkan karunia seorang anak yang mulia (Nabi Yahya), meski umurnya sudah tua dan istrinya seorang yang mandul.

Mungkin setiap orang pernah mengalami bagaimana doa menyelamatkan saat-saat kritis dalam hidupnya. Dari berbagai kisah, terdapat banyak sekali bukti nyata kekuatan doa. Doa seorang ibu yang tiada pernah terputus bahkan dapat membuat anaknya yang buta sejak lahir dapat melihat atas izin-Nya. Doa-doa singkat yang biasa kita panjatkan saat akan melakukan sesuatu,seperti sebelum makan, sebelum tidur, atau saat hendak bepergian sebenarnya bermakna besar. Mungkin karena doa-doa itulah berbagai bentuk kemudahan dan getar kebahagiaan masih sering kita rasakan.

Jangan Pernah Lelah Untuk Meminta

Dari Salman Al-Farisi R.A. dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia. Dia akan malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia mengembalikan kedua tangan tersebut dalam keadaan kosong dan kecewa.”(H.R. Tirmidzi).

Ya, Allah Maha Tahu, dan Maha Mendengar. Ia adalah satu-satunya yang memiliki peta hati kita. Karenanya, Ia paling mengerti apa yang terbaik bagi kita. Maka, jangan pernah lelah untuk meminta. Esensi terpenting dalam berdoa adalah kesungguhan dan kesabaran dalam memanjatkannya. Ya, doa yang tiada terputus dapat menembus segala lapisan ‘arsy, sehingga Allah akan dengan senang hati mengabulkannya.

Teruslah berdoa, bukan hanya bagi diri kita sendiri, tapi juga bagi orang-orang yang kita sayangi dan saudara seiman di berbagai belahan bumi. Dalam haditsnya, Imam Bukhari meriwayatkan “Doa yang paling cepat terkabulkan adalah doanya seseorang dikejauhan kepada orang yang berada di kejauhan pula.” Dan jika doa kita belum terkabul, jangan lantas berburuk sangka pada-Nya. Pasti ada hikmah dibalik belum terkabulnya doa kita. Mungkin Allah akan memberi pengganti yang lebih baik, menambah pahala, atau menghapu dosa kita. Maka, sabar adalah kuncinya. Dan ada baiknya jika kita introspeksi diri, mungkin ada khilaf yang kita perbuat, atau ikhtiar yang belum maksimal sehingga doa kita tertunda untuk terkabul . Yang pasti, percayalah bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita. Jika doa kita belum terkabul di dunia, siapa tahu di akhirat nanti ada jawabnya.